TEORI PEMBENTUKAN NUSANTARA
ANALISA SEJARAH KEKAISARAN MONGOL
JENGHIS KHAN, SANG PENAKLUK
created : Ejang Hadian Ridwan
Alkisah di daratan Asia bagian tengah, tepatnya di negeri Mongol, terbentuklah suatu
pusaran badai, semakin lama semakin besar, badai besar itu mulai bergerak disekitarnya
daratan itu, lalu secara serentak bergerak menuju arah timur ke negeri daratan Cina,
setelah itu berubah arak dan mulai bergerak lagi menuju arah selatan daratan mongol, tidak
berhenti disitu pusaran badai dengan cepat menuju arah barat, menyapu negeri-negeri
kawasaan Asia bagian timur-tengah dan sebagian tanah-tanah Eropa, lalu kembali lagi ke
tempat asal mulanya, tapi badai besar itu tidak hilang tetap berputar, suatu saat secara
liar badai itu akan bergerak kemana pun arah angin berhembus, bisa jadi melanda seluruh
negeri-negeri ke seantero jagat ini.
Sungguh teramat dasyat badai besar itu, bagaikan kiriman malaikat maut, sungguh luar biasa
kejam, mengerikan dan tiada ampun, menghepas segala apa yang terlewatinya, lebih dasyat
dari tumpahan air bah, karena badai ini belum mau pergi kalau yang dilewatinya belum
benar-benar musnah dan binasa.
Akibat yang ditimbulkan badai itu teramatlah mengerikan, nyawa manusia sudah tidak ada
harganya sama sekali, jerit tangis anak manusia tidaklah dihiraukan, banjir darah
dimana-mana, organ tubuh manusia berhamburan, kadang berupa potongan, terkoyak, atau
terpisah, kepala manusaia jarang yang bisa bersatu dengan badan. Kehancuran merata disemua
negeri, tidak peduli jerih payah puluhan tahun bahkan berabad-abad lamanya dihempasakan
tak berdaya, kobaran api menjalar dan membumbung tinggi dimana-mana, merobohkan dan
menghancurkan sekokoh apapun bangunan dibuat, menimbulkan warna merah jingga menyala,
berseling warna abu-abu putih diangkasa, tanda keputusasaan dan duka nestapa teramat dalam
bagi siapa yang mengalami, melihat, dan merasakan.
Burung-burung bangkai berterbangan penuh suka cita. Mereka mencari, mengintai, meliuk dan
tinggal landas di arena kematian sederet dan setumpuk jasad manusia, burung-burung inilah
yang mengambil keuntungan dari peristiwa dan kejadian itu. Tidak susah-susah lagi
melakukan pemburuan dramatis mangsa-mangsanya seperti biasa. Mereka berpesta pora,
menari-nari, mencabik-cabik dan melahap sisa-sisa jasad setiap manusia yang masih tersisa
dan tercecer, sungguh kejadian dan peristiwa yang membuat bulu kuduk berdiri, memilukan,
dan menyayat hati, tidak akan penah terlupakan sampai kapan pun bahkan sampai akhir dari
dunia ini, akan tercatat dan tertulis dalam perjalanan kehidupan manusia selanjutnya
sebagai tragedi kemanusiaan terbesar sepanjang sejarah manusia dimuka bumi ini. Satu
generasi peradaban manusia hilang dihempas badai yang teramat kejam ini, susah dan perlu
waktu lama lagi untuk memulihkannya.
Badai besar dari darataan Mongol ini tiada lain adalah pasukan besar tentara kekaisaran
Mongol yang dipimpin oleh seorang panglima besar sekaligus kaisar didaratan luas itu.
Pasukan besar ini sudah terlatih dengan sempurna, terpola dan tersetruktur dengan sangat
rapi, teruji dilingkungan kaum atau bangsanya sendiri dan terbentuk kokoh serta tangguh
karena tuntutan keadaan alam serta budaya yang ganas pada masa itu, naluri perang dan
membunuh sudah mendarah daging, tersatukan dan terpadukan oleh suatu visi dan misi besar
dari seorang anak manusia yang dalam tataran biasa termasuk kedalam golongan orang-orang
genius, seiring perjalanan dan pengalaman hidup pribadinya yang sudah tertempa sempurna
oleh ganasnya alam, tradisi atau kebisaan turun menurun hubungan atar manusia, kelompok
kesukuan dan sosial budaya didaratan teramat ganas, itulah yang pula yang membentuk
karakter pribadi yang kuat dan tangguh.
Nama gelaran panglima besar atau kaisar dari pasukan tentara mongol itu tiada lain yaitu
Jenghis Khan (raja diraja) atau Sang Penakluk, yang terlahir dengan nama Temüjin, anak
sulung Yesügei, pemimpin suku (klan) atau ketua suku Kiyad (Kiyan). Sedangkan nama
keluarga dari Yesügei adalah Borjigin (Borjigid). Temujin dinamakan seperti nama pemimpin
suku musuh yang ditewaskan ayahnya. Jenghis Khan (bahasa Mongolia: Чингис
Хаан), juga dieja Genghis Khan, Jinghis Khan, Chinghiz Khan, Chinggis Khan, Changaiz
Khan, atau sesuai pelafalan dari bangsa-bangsa lain untuk sebutan namanya, nama asalnya,
Temüjin, juga dieja Temuchin atau TiemuZhen, (lahir sekitar 1162 masehi sampai kematianya
tanggal 18 Agustus 1227 masehi) adalah khan (kaisar atau raja) Mongol sekaligus Panglima
besar pasukan tentara perang yang menyatukan bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa didaratan
Mongolia yang kemudian mendirikan Imparium kekaisaran Mongolia dengan menaklukkan sebagian
besar wilayah di Asia, termasuk utara Tiongkok (Dinasti Jin), Xia Barat, Asia Tengah,
Persia (kesultanan Kwarizmi), sebagian Eropa dan diawali dengan penaklukan suku-suku
bangsa Mongolia itu sendiri.
Temujin lahir di daerah pegunungan Burhan Haldun, dekat dengan sungai Onon dan Herlen. Ibu
Temujin, Holun, berasal dari suku Olkhunut. Kehidupan mereka berpindah-pindah layaknya
seperti penduduk Turki di Asia Tengah. Saat Berumur 9 tahun, Temujin dikirimkan keluar
dari sukunya karena ia akan jodohkan kepada Borte, putri dari suku Onggirat. Ayah Temujin,
Yesugei meninggal karena diracuni suku Tartar ditengah perjalanan tepat pada saat ia
pulang setelah mengantar Temujin ke suku Onggirat.
BACA SELENGKAPNYA DI : http://menguaktabirsejarah.blogspot.com